terhadap ekosistem tanah dan air di sekitar lokasi industri batik. Masalah yang muncul akibat penggunaan pewarna sintetik menginduksi ketertarikan dunia industri untuk beralih memanfaatkan pigmen alami (Kim et al. 1995). Pigmen alami dapat diperoleh dari tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme (Dawson 2009). Akan tetapi,
Tujuan dilakukannya stilasi dalam proses mendesain motif batik salah satunya yaitu untuk memudahkan seorang pengrajin batik pada saat menorehkan lilin malam pada kain mori. Obyek yang dapat distilasi dan diadaptasi ke atas kain batik ini bisa berupa benda alam dan benda buatan. Benda alam yang terdiri dari hewan, manusia dan tumbuh-tumbuhan.
Menurut Pringgenies et al. (2013), bagian dari tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pewarna adalah batang, kayu, akar, daun, bunga, kulit dan buah.
Sebagai negara megabiodiversitas, Indonesia memiliki potensi keragaman sumber daya alam baik hewan, tumbuhan, maupun mikroorganisme yang sangat menjanjikan. Dengan kekayaan ini, alternatif pencegahan dampak negatif dari penggunaan pewarna sintetis melalui ekstraksi pigmen warna dari makhluk hidup menjadi terobosan baru yang sangat mungkin
Batik Banyumasan mempunyai ciri pola batik tersendiri yang merupakan ciri batik pedalaman, yaitu banyak terinspirasi motif tumbuhan dan hewan. Batik Banyumas hampir memiliki kesamaan dengan motif Jonasan. Batik Banyumas dikenal sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan, penghargaan terhadap nilai demokrasi dan semangat kerakyatan yang tertuang pada motif batiknya.
ALAMSYAH: Kerajinan Batik dan Pewarnaan Alami 136 Kerajinan Batik dan Pewarnaan Alami dari hewan (lac dyes) ataupun tumbuhan seperti dari akar, batang, daun, kulit dan bunga.
PIHBP. 467 261 92 367 485 19 116 2 34

batik hewan dan tumbuhan